Wartadesa--Cimahi,Jum'at (28/07/2023)
Keberadaan aksara merupakan hal yang sangat penting dalam menggali ilmu pengetahuan,Aksara yang tercipta dijaman dahulu merupakan hasil dari Karsa,Karya dan Cipta Nenenk Moyang Kita,Namun saat ini sudah saat sedikit orang yang menguasai berbagai jenis dan tipe aksara kuno,apalagi yang lahir dari masyarakat.
Yudistira Purana Sakyakirti adalah seorang pemerhati,penggiat bahkan banyak kalangan yang menyematkan Maestro di bidang aksara Kuno(Buhun) kepadanya.
Mang Ujang Laip,sapaan akrabnya,Lahir di RS Dustira 14 Juli 1960,di usia 3 tahun diasuh oleh Buyutnya yang bernama Mama Mpud(Mahpudin) dan istrinya bernama Ma Ena keduanya sudah meninggal dunia.
Pada usia 7 tahun mulailah Mang Ujang Laip kecil digembleng ilmu ke Aksaraan,Mulai dari aksara/hurup Palawa,Kawi,Dewanagari,Huruf Buda,Sunda Buhun,Carakan,Cacarakan beserta gaya tulisnya(Gagrag).
Walaupun dididik secara sederhana namun dari sisi akademis Mang Ujang Laip tidak kalah dengan anak lainnya,setelah lulus dari SD Bojong Salam IV,Mang Ujang meneruskan ke Sekolah Teknik(ST) di ST VII Ciroyom lantas melanjutkan ke STM Kimia Industri Darma Bakti di Jalan Kelenteng 7 lulus tahun 1979/1980 ,pada tahun 1983 Mang Ujang menikah dengan Neneng Nurjanah dan dikaruniai 4 orang anak.
Pada tahun 2008 Mang Ujang Laip mendirikan perkumpulan Aksara "Gentra Pamitran",Pada tahun 2012 Mang Ujang sudah mulai diakui di kalangan Akademisi juga Komunitas-komunitas,pada tahun yang sama menjadi Nara sumber untuk membedah Naskah Sosialisasi aksara daerah bersama Bapak Dr.Undang Darsa dan Bapak H.Idin Baidilah,Kemudian di Jatos pada tahun 2013 dan pada tahun yang sama menjadi narasumber di Kampung naga,Pernah juga membantu museum Sri Baduga untuk menterjemahkan Naskah bersama MANASA (Masyarakat Pernaskahan Nasional).
Sepak terjang Mang Ujang Laip dalam bidang Aksara tidak berhenti sampai disitu saja,Mang Ujang membentuk beberapa kelompok Penggiat/Pemerhati Aksara Buhun di Daerah-daerah diantaranya di Bandung Barat,Kota Cimahi,Kota Bandung dan Kabupaten Bandung.
Penghargaan yang diterima mang Ujang adalah Anugerah Budaya pada tahun 2018 dari Pemerintah Kota Cimahi.
Mang Ujang berharap kedepan ada perhatian juga kepada penggiat Aksara di Indonesia ini dan saya siap membagikan ilmu tentang aksara secara gratis.
" Jika kita mempelajari aksara melalui pendidikan formal tentu saja biayanya cukup mahal,Namun saya memberikan pelajaran tentang Aksara ini secara gratis,caranya tinggal datang ke saya karena kita tidak akan faham mengenai sejarah masa lalu,jika kita tidak memahami dan menguasai aksaranya." Ungkap Mang Ujang Laip.
Aksara atau huruf yang di kuasai oleh mang Ujang Laip cukup banyak diantaranya aksara Palawa,Kawi,Dewanagari,aksara Sunda Buhun,aksara Carakan,Cacarakan,Aksara Bali,Namun dalam gaya penulisan mang Ujang menguasai 30 gaya tulis.
Mang Ujang Laip berharap pemerintah memperhatikan juga perkembangan Aksara Buhun sesuai dengan UU No.5.Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan serta Perda.No.9 tahun 2018 atentang Perda.Pemajuan lokal Kota Cimahi.
"Saya berharap pihak pemerintah memberikan perhatian dan pembinaan sesuai denga UU Pemajuan Kebudayaan dan Perda Pemajuan Kebudayaan lokal Kota Cimahi,Contohnya untuk penyalinan naskah pernah saya tawarkan dan saya berharap untuk naskah kuno yang saya salin seyogyanya menjadi dokumen di pemerintah Kota Cimahi,namun masalahnya untuk menyalin naskah,bahan yang digunakan memerlukan biaya.
Selama saya berkarya,saya memiliki tekad dan biaya sendiri dengan tujuan ikut melestarikan peninggalan Nenek moyang kita,murni merupakan inisiatif sendiri.
Pada tahun 2018 saya pun pernah melauching Batik Aksara,namun karena terganjal biaya maka sampai saat ini saya belum bisa mendaftarkan ke HAKI(Hak Atas Kekayaan Intelektual),Saya berharap kedepan jalan-jalan,instansi Pemerintah,Gedung Bahkan Gapura di Kota Cimahi menggunakan aksara daerah seperti halnya yang di gunakan di Jogyakarta juga Solo serta Kota-kota lain di Indonesia agar Implementasi Undang-undang Pemajuan Kebudayaan dan Perda. Pemajuan Kebudayaan lokal Kota Cimahi dapat terealisasikan."Pungkasnya.(Abah Andri/Gani )