Wartadesa Cianjur || Anak sulung dari terdakwa HDN (50) menduga adanya kejanggalan pada kasus yang menimpah ayahnya. Pasalnya pada kesaksian yang diterangkan saksi pada dakwaan yang dibacakan Jaksa Penuntut umum diduga kuat tidak berkesesuaian dengan fakta yang terjadi.
Diberitakan sebelumnya bahwa HDN pada bulan November lalu melerai perkelahian antara anak dan temannya di salah satu tempat pengajian. Namun tidak sengaja tangan HDN mengenai wajah bagian pipi kiri.
Menurut sumber yangbada di lokasi sodara HDN memang melerai perkelahian anak bungsunya.
Nanun. Seorang oknum guru ngaji diduga mengada ngada keterangan kepada pihak kepolisian.
" Upaya damai sudah ditempuh, setiap bertemu saya, ayah saya dan ibu saya juga telah meminta maaf, bahkan saat kejadian juga ayah saya langsung meminta maaf dan mengwlua ngelus korban," kata Anak sulung HDN, di rumahnya, (31/8/24).
Selain itu, upaya damai juga sudah dilakukan oleh pihak kepolisian polsek mande dan pernah juga difasilitasi oleh sekertaris MUI kecamatan. Namun hasilnya nihil.
" Kejadian ini sudah hampir 10 bulan dan saya selalu meminta maaf walaupun tidak setiap hari. Saya meminta maaf mengakui kesalahan ayah saya. Akan tetapi setelah sepukiih bulan berlalu pada tanggal 8 agustus, saya mendapat telpon dari penyidik untuk melakukan mediasi. Namun saat menunggu mediasi kamindibawa ke kejaksaan dan langsunbg dilakukan penahanan dengan alasan kekuarga korban tidak datang," terangnya.
Anak terdakwa dan terdakwa menurut pengakuannya, terus diberi arahan agar memberikan pengakuanndan meminta maaf, agar hukuman yang dijatuhkan hakim dapat seringan ringannya.
" Saya terus berupaya menuruti masukan dari penyidik dan kejaksaan agar mengaku dan meminta maaf dan tentu saya menyetujuinya. Namun ketika sidang pertama pada hari kamis tanggal 22 kemarin, kuasa hukum ayah saya tidak diberitahu. Maka hari seninya kuasa hukum kami mendatangi kejaksaan untuk meminta penjwlasan dan meminta surat dakwaan," ungkapnya.
Ternyata, sambungnya, surat dakwaan dari kesaksian Saksi jauh dari fakta kejadian.
" Dalam dakwaan sodara saksi menyebutkan bahwa ayah saya menarik baju korban dan langsung menamparnya satu kali. Ini jelas kami menilaintidak masuk akal. Karena bekas tamparan pasti ada ciri khas bekas tangan. Namun pada hasil Visum menunjukan bahwa tidak ada bekas tamparan yang memang setahu saya kalo bekaks tamparan itu pasti memiliki ciei khas tersendiri. Hasil Visum yang dikeluarkan dokter menyebutkan bahwa luka yang dialami korban adalah bekas kekerasan benda tumpul," terangnya.
Maka dari itu, lanjut Anak terdakwa, saya yakin bahwa saksi memberikan keterangan atau kesaksian palsu yang merugikan ayah saya dan kekuarga saya sehingga ayah saya kini harus berdiam diri dibalik jeruji besi.
" Jelas kesaksian palsu saksi oleh hasil visum juga sudah terbantahkan, makanya saya tidak mengerti mengapa saksi begitu tega mengada ngada kesaksian seperti itu." Bekas tamparan ko jadi luka memar bekas benda tumpul", aneh aneh saja," tandasnya dengan wajah kecewa.
Anak terdakwa meminta agar sodara saksi diperiksa sebaik baiknya seadil adilnya dan pada saat kesaksian disumpah diatas alquran. Karena saksinseperti ini sangat merugikan orang lain, dan dikhawatir jika saksi tidak diberikan sanksi akan mengulangi perbuatannya kembali.
" Saksi seperti ini harus diperiksa kembali dan perlundiketahui bahwa saksi ini sering berpindah pindah rumahnatau kontrakan. Saya khawatir disetiap kampung yang ia singgahi perilakunya tidak berubah. Maka dari itu saya harap saksi diperiksa kembali," ujarnya.
Kemudian, saya memohon agar kejaksaan negeri Cianjur mengkaji ulang antara kesaksian saksi dengan hasil visum yang telah keluar.
" Tolong dikaji kembali keterangan saksi dan hasil visum, karena jika bertanya pada ibu korban kemungkinan ibu korban tidak terlalu mengetahui karena pada saat itu, ibu korban tidak ada di lokasi. Kemudian satu lagi, saksi ini pernah membawa dua orang saksi anak ke polsek mande tanpa didampingi orang tua dan saya khawatir kedua saksi anak itu diiming imingi atau dibujuk supaya pengakuannya sama dengan keterangan saksi," pungkasnya.** Tim **