![]() |
foto : Diskusi dan Buka Bersama di kantor DPC PKB Cianjur mengangkat tema kekuasaan persepektif tasawuf menghadirkan Doktor Rudi Ahmad Suryadi |
Cianjur,wartadesa.my.id - Diskusi dan Buka Bersama dengan tema Kekuasaan Bersepektif Tasawuf, yang bertempat di Kantor Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Kebangkitan Bangsa PKB (PKB) Kabupaten Cianjur, menghadirkan narasumber Doktor Rudi Ahmad Suryadi dari unsur Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Cianjur.Minggu (09/03/2025).
Ketua DPC PKB Kabupaten Cianjur,Lepi Ali Firmansyah mengatakan, diskusi tersebut dilaksanakan untuk memelihara iklim keilmuan di lingkungan kantor DPC PKB Kabupaten Cianjur.
"Insyaallah diskusi - diskusi yang lain akan kita laksanakan di lain kesempatan," kata Kang Lepi.
Sebagai narasumber, Rudi Ahmad Suryadi menyatakan, keterkaitan antara dunia tasawuf dengan kekuasaan adalah sesuatu yang sangat menarik untuk di diskusikan. Hal ini karena paradigma berfikir orang - orang dulu, dua sisi antara tasawuf dengan kekuasaan itu hal yang seolah-olah saling tarik menarik.
"Bisa dibilang dua dunia ini berawal dari gerakan tarekat beralih ke disnati," ujar Rudi Ahmad Suryadi.
Ambil contoh, lanjut Rudi, di periode 800an masehi, Dinasti penguasa tanah Andalusia di Cordoba. Maka di belahan dunia lain muncul gerakan tarekat yang akhirnya melahirkan dinasti - dinasti kecil, seperti gerakan mamalik melahirkan dinasti Mamluk di kawasan Maghribi atau Afrika Utara.
"Demikian pula dengan dinasti yang lain seperti Ayubiyyah maupun Turki Ustmani," sambungnya.
Menurut Rudi, tokoh sufi terkemuka yang bersinggungan dengan kekuasaan adalah Imam Ghazali. Bahkan bisa dibilang, Imam Ghazali tokoh sufi yang berstatus Pegawai Negri Sipil (PNS) pada dinasti Abbasiyah sebagai seorang guru.
"Yang menarik dari Imam Ghazali ini yakni mampu memberikan nasihat kepada penguasa, tapi disisi lain mampu melayani debat terbuka melalui kitab dengan Ibnu Rusyd dari Andalusia Spanyol," papar dia.
Ditegaskannya, dalam perspektif ilmu tasawuf, kekuasaan tidak dipandang sebagai alat untuk mendominasi, tapi sebuah amanah Illahi yang harus dijalankan dengan nilai-nilai spiritualitas.
"Konsep Zuhud dalam Tasawuf menekankan kekuasaan wajib dijalankan dengan kerendahan hati dan penuh tanggungjawab terhadap ummat," pungkas Rudi. (Rupen)